Posted by : Rizky
Friday, 6 April 2012
Resume
BI dan TPI Pertemuan 1-6
Rizky Yanwinarto
10390100023
Pertemuan
1
Konsep
Dasar Bahasa Indonesia
Dua cara berkomunikasi:
1. Secara Verbal
1. Secara Verbal
Dilakukan dengan menggunakan alat / media
bahasa:
• Lisan.
• Tulis.
2. Secara Non verbal
Dilakukan dengan menggunakan media selain
bahasa:
• Simbol
(tanda lalin).
• Isyarat
(lambaian tangan).
• Kode
(morse).
• Bunyi-bunyian
(sirine, kentongan).
FUNGSI BAHASA
Bahasa
berfungsi sebagai alat :
·
Berkomunikasi
·
Mengekspresikan diri.
·
Berintegrasi & beradaptasi social.
·
Kontrol sosial.
RAGAM DAN LARAS
BAHASA
RAGAM BAHASA
Ragam
bahasa yaitu variasi bahasa yang terjadi karena pemakaian bahasa.
Ragam bahasa
dapat dibedakan menjadi 5 :
Berdasarkan
media Pengantarnya :
·
Ragam lisan.
·
Ragam tulis.
Berdasarkan
situasi pemakaiannnya :
·
Ragam formal.
·
Ragam semiformal.
·
Ragam
nonformal.
Beda ragam lisan dengan ragam tulis
Contoh:
Ragam formal :
Saya, Anda, Saudara, Bapak, Ibu, Saudara.
Ragam semiformal :
Aku, Kamu, Bung, Mas, Dik, Mbak.
Ragam nonformal :
Gue,
Ane, Lu, Neng, Situ.
Pemakaian Ragam
Nonformal & Formal
Ragam Formal / Baku
Merupakan ragam tinggi, bersifat
formal.
Memiliki sifat:
Kemantapan dinamisà aturan/kaidah yg tetap dan
seragam.
Cendikiaà logis, masuk akal.
LARAS BAHASA
Laras
bahasa yaitu kesesuaian bahasa yang dipakaidengan fungsi pemakai.bahasa dengan
ciri tertentu yang dipakai (difungsikan) untuk keperluan tertentu.
Macam-macam
laras bahasa:
·
Laras ilmiah.
·
Laras sastra (puisi, cerpen, novel,dll.)
·
Laras jurnalistik (berita, editorial,iklan, dll.)
·
Laras hokum.
·
Laras kedokteran.
·
dll.
Contoh penerapan bahasa :
Ciri Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karya Ilmiah:
1.
Menggunakan
ragam formal.
2.
Menggunakan
kalimat efektif, ciri-ciri:
·
Bentuk
gramatikal singkat.
·
Menghindari
bentuk berlebihan.
·
Ada
kesepadanan antara struktur gramatik dengan alur pikir.
3.
Menghindari
makna ambigu (ganda).
4.
Menggunakan
kata / istilah yang bermakna lugas à
menghindari makna kias.
5.
Menghindari
penonjolan persona untuk menjaga objektivitas isi tulisan.
6.
Ada
keselarasan/keruntutan antar proposisi dan antar alinea.
BAHASA INDONESIA
YANG BAIK DAN BENAR
Bahasa yang baik apabila maknanya
dapat dipahami oleh komunikan dan ragamnya sudah sesuai dengan situasi.
Bahasa yang benar adalah bahasa
dengan ragam formal yang mengikuti kaidah baku
Bahasa yang baik dan benar adalah
bahasa yang maknanya dapat dipahami dan sesuai dengan situasi pemakainya serta
tidak menyimpang dari kaidah yang telah dibakukan
Contoh:
·
Kelas
ini mesti dibikin bersih.
·
Buku
itu saya sudah baca.
·
Rumahnya
paman habis terbakar
·
Bagi
yang malas belajar jangan masuk kelas ini!
·
Ini
hari mati lampu
·
Tolong
hidupkan robot itu!
·
Dia
memang pengrusak rumah itu
·
Menjelang
lebaran Dina membeli sebuah baju
Pertemuan 2
Pertemuan 2
TATA EJAAN DAN
PILIHAN KATA
EJAAN dan
MENGEJA
Ejaan ≠ Mengeja
Seperangkat aturan/kaidah
pelambangan bunyi bahasa, pemisahan, penggabungan dan penulisannya dalam suatu
bahasa.
Mengeja : kegiatan melafalkan
huruf, suku kata, atau kata.
Ejaan = rambu-rambu yang harus dipatuhi.
Mengeja = pelafalan sesuai rambu
yang ditentukan.
Ruang Lingkup EYD
1. Pemakaian huruf
2. Penulisan huruf
3. Penulisan kata
4. Penulisan unsur serapan
5. Pemakaian tanda baca
(pungtuasi)
Pemakaian Huruf
Membicarakan masalah yang
mendasar dari suatu bahasa :
~ Abjad
~ Vokal
~ Konsonan
~ Pemenggalan
~ Nama diri
Pemakaian Huruf
~ Abjad (a,b, c,… z -- A, B, C, …
Z)
~ Vokal (a, i, u, e, o -- A, I,
U,E, O)
Diftong (gabungan dua vokal) à ai, au, oi à menciptakan bunyi yang berbeda dengan
lafal
aslinya.
Contoh:
saudara, bantai (bantay), kacau
(kacaw), amboi (amboy) àdiftong mulai,
namai, semua à bukan diftong
(diucapkan ai)
~ Ramai
~ Pulau
~ Limau
~ Pandai
~ warnai
~ semua
~ Bau
Pemakaian Huruf
~
Konsonan
(b, c, d, … -- B, C, D,…)
Diagraf (gabungan konsonan) à kh, ng, ny, sy
Contoh:
khusus, ngilu, anyam, syair
Pemakaian Huruf
~
Pemenggalan
1. Pemenggalan kata dasar
a. Jika di tengah kata ada dua
huruf vokal berurutan
contoh: di-a, do-a, ta-at
b. Jika di tengah kata ada huruf
konsonan
contoh: ta-bu, ka-wan, ca-tur
c. Jika di tengah kata ada dua
huruf konsonan berurutan
contoh: ap-ril, swas-ta, han-dal
d. Jika di tengah kata ada tiga
atau lebih huruf konsonan
contoh: ab-sor-bsi, kon-klu-si,
in-struk-si
Pemakaian Huruf
~
Pemenggalan
2. Pemenggalan imbuhan
awalan dan akhiran, yang ditulis
serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal:
contoh: ba-ca-lah, me-la-ri-kan, pra-sa-ra-na
Pemakaian Huruf
~
Pemenggalan
3. Pemenggalan kata gabungan
kata yang terdiri lebih dari satu
unsur, dapat dipenggal:
contoh: bio-data atau bio-da-ta,
intro-speksi atau in-tro-spek-si
Pemakaian Huruf
~
Pemenggalan
4. Pemenggalan khusus
kata yang mengandung sisipan
(-el, -er, -em, -in), dapat dipenggal:
Pemakaian Huruf
~
Nama
diri
Penulisan nama diri harus
mengikuti EYD, kecuali ada pertimbangan khusus.
contoh:
1. Pemakaian biasa
Rumahnya di Jalan Pajajaran
No. 5.
Ia berkantor di Jalan Budi
Utomo.
2. Pemakaian dengan pertimbangan
khusus
Ayahku dosen Universitas
Padjadjaran Bandung
Perkumpulan Boedi Oetomo didirikan
pada tahun 1908
Pemakaian Huruf
~
Nama
diri
Untuk penulisan kata biasa bukan
nama diri, untuk unsur kimia x ditulis seperti apa adanya, selain
itu x diganti ks.
contoh:
1. Unsur kimia, ditulis apa
adanya
xenon (unsur kimia), Sinar
x (istilah ilmu pengetahuan)
x1, x2, x- (istilah dalam
matematika), satuan volt, watt
2. Kata-kata biasa bukan nama
diri
export ditulis ekspor,
extra ditulis ekstra,
complex ditulis kompleks,
taxi ditulis taksi
Pemakaian Huruf
~
Nama
diri
Penulisan nama orang berlaku
ketentuan khusus, yaitu mengikuti kebiasaan orang yang punya nam meskipun menyalahi
EYD.
contoh:
Judi Yudi Yudhi
Judie Yoedie Yudhie
Judy Yudy Yoedhy
Judhy Yoedy Yoedhie
Penulisan Huruf
~
Huruf
Kapital
1.
Dipakai
untuk huruf pertama awal kalimat.
2.
Dipakai
untuk huruf pertama petikan langsung.
3.
Dipakai
untuk huruf pertama ungkapan yang berhubungan dengan Tuhan (Yang Mahakuasa,
Quran, Weda, hamba-Mu,..).
4.
Dipakai
untuk huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan yang
diikuti nama (Raden …, Haji …,Nabi…, dll.).
5.
Dipakai
untuk huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang/pengganti
nama orang/instansi/nama tempat (Presiden Yudoyono, Menteri Pertanian, Gubernur
Bali).
6.
Dipakai
untuk huruf pertama unsur nama orang (Budi Luhur)
7.
Dipakai
untuk huruf pertama nama bangsa, suku bangsa dan bahasa (Melayu,Tionghoa,..)
Contoh:
….suku Bugis, …bahasa Jepang
keInggris-Inggrisan,
menJawakan bahasa Indonesia àX
8.
Dipakai
untuk huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya dan peristiwa
sejarah
9.
Dipakai
untuk huruf pertama nama khas dalam geografi (Teluk Bayur, Gunung Semeru, Danau
Toba, dll)
10.
Dipakai
untuk huruf pertama semua unsur nama negara, badan/lembaga pemerintahan,
ketatanegaraan,serta nama dokumen resmi (Undang-Undang Dasar 1945, Departemen
Agama RI, dll)
Contoh:
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia menurut undang-undang,
perbuatan itu melanggar hukum.
11.
Dipakai
untuk huruf pertama unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama
badan/lembaga (Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial)
12.
Dipakai
untuk huruf pertama semua kata nama buku, majalah, surat kabar dan judul
karangan.
13.
Dipakai
untuk huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan (Bapak, Ibu, Paman,
Kakak, dll.).
14.
Dipakai
untuk huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, sapaan (Jend., Sdr.,
M.M., dll.)
15.
Dipakai
untuk huruf pertama kata ganti anda.
Penulisan Huruf
~
Huruf
Miring
1. Huruf miring dalam cetakan
dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, surat kabar yang dikutip dalam
karangan.( majalah Prisma, tabloid Nova)
2. Huruf miring dalam cetakan
dipakai untuk menegaskan tau mengkhususkan.(dia muka menipu tapi ditipu)
3. Huruf miring dalam cetakan
dipakai untuk kata nama ilmiah atau ungkapan asing (nama ilmiah
padi adalah oriza sativa)
Penulisan Kata
~ Kata Dasar
~ Kata Turunan
~ Bentuk Ulang
~ Gabungan Kata
~ Kata Depan di, ke, dari
~ Kata Sambung si, sang
~ Singkatan dan akronim
~ Angka & Lambang Bilangan
~ Kata Dasar
Ditulis sebagai satu kesatuan
Misal:
Buku itu sudah
saya baca
Kalimat di atas dibentuk dari 5
kata dasar
~
Kata
Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran)
ditulis serangkai dengan kata dasarnya
Misal:
ketetapan
sentuhan
mempertanyakan
2. Kata dasar berupa gabungan kata, awalan/akhiran
ditulis serangkai dengan kata dasar
Misal:
diberi tahu
bertanda tangan
beri tahukan
3. Kata dasar berupa gabungan kata, awalan
dan akhiran sekaligus, ditulis serangkai dengan kata dasar.
Misal:
memberitahukan
ditandatangani
melipatgandakan
~ Bentuk Ulang
ditulis secara lengkap dengan
mengunakan tanda hubung
Misal:
anak-anak
berjalan-jalan
porak-poranda
~ Gabungan Kata
1. Gabungan kata (kata majemuk),
unsurunsurnya
ditulis terpisah.
Misal:
duta besar
kerja sama
meja tulis
luar biasa
2. Gabungan kata yang mungkin
menimbulkan salah pengertian, ditulis dengan tanda hubung.
Misal:
alat pandang-dengar
anak-istri saya
orang-tua muda
kaki-tangan penguasa
3. Gabungan kata yang hubungannya
sangat padu, ditulis serangkai (tidak dirasakan sbg dua kata)
Misal:
acapkali
apabila
bagaimana
barangkali
4. Salah
satu unsur gabungan kata dipakai dalam kombinasi, ditulis serangkai (tidak
dirasakan sbg dua kata)
Misal:
biokimia
antarkota
caturtungal
mahasiswa
~ Kata Ganti ku, kau, mu, nya
Kata ganti ku dan kau (dari
aku dan engkau) ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya
Misal:
aku bawa
aku ambil
engkau bawa
engkau ambil
~ Kata Depan di, ke, dari
Kata depan di, ke, dari ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali dalam gabungan kata yang dianggap
sbg satu kata
Misal:
di sini di
mana di rumah
ke luar ke
dalam ke depan
kepada daripada kemari
Dia berasal dari keluarga terpelajar
Catatan: di sbg
awalan ≠ di sbg kata depan
~ Kata
Sambung si, sang
kata si dan sang ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misal:
BENAR SALAH
si kecil sikecil
si hitam sihitam
sang diktator sangdiktator
sang raja sangraja
Penulisan kata
~ Partikel
a. Partikel lah dan kah
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya
Misal: pergilah …….
siapakah ……
b. Partikel per yang
berarti demi atau tiap ditulis terpisah dengan kata yang mendahului atau
mengikutinya
Misal: ….. masuk ruang satu per
satu….
….. Rp 10.000 per meter ….
Partikel pun ditulis terpisah
dengan kata yang mendahuluinya
Misal: Hendak tidur pun aku
…….
Satu kali pun dia belum
pernah ….
Catatan:
Kelompok yang dianggap padu
ditulis serangkai
Misal: Adapun sebab-sebab
dari ….
Bagaimanapun juga akan
lebih …
~ Singkatan dan akronim
a. Menyingkat satu kata pakai
satu titik
Misal: nomor disingkat no.
halaman disingkat hal
.
b. Menyingkat dua kata pakai dua
titik
Misal: atas nama disingkat a.n.
opere citato disingkat op.cit.
Catatan:
Singkatan nama dari huruf awal
tanpa titik
Misal: Perseroan Terbatas
disingkat PT
Amerika Serikat disingkat AS
c. Menyingkat tiga kata atau
lebih pakai satu titik
Misal: dan kawan-kawan disingkat
dkk.
yang akan datang disingkat yad.
Catatan:
Singkatan nama yang terbentuk
dari gabungan huruf awal kata ditulis tanpa titik
Misal: BUMN (Badan Usaha Milik
Negara)
BPS (Biro Pusat Statistik)
d. Lambang kimia, satuan ukuran,
takaran, timbangan dan mata uang tidak diikuti titik
Misal: sentimeter disingkat cm
kilovolt-ampere disingkat KVA
~ Singkatan dan Akronim
a. Akronim nama diri yang berupa
gabungan huruf awal dari deret kata à
ditulis semua
Misal:
FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik)
KONI (Komite Olahraga Nasional
Indonesia)
b. Akronim nama diri yang berupa
gabungan huruf/suku kata dari deret kata à
huruf awal
ditulis dengan huruf kapital
Misal:
Kadin (Kamar Dagang dan Industri)
Bappenas (Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional)
c. Akronim yang bukan nama diri
yang berupa gabungan huruf/suku kata/huruf dan suku kata dari deret kata àsemuanya ditulis dengan huruf
kecil tanpa titik
Misal:
radar (radio directing and
ranging)
rapim (rapat pimpinan)
rudal (peluru kendali)
~ Angka & Lambang Bilangan
a. Dipakai untuk menyatakan
lambang bilangan nomor.
b. Digunakan untuk menyatakan:
- ukuran panjang, berat, isi (3
ons, 4 hektar)
- satuan waktu (pukul 15.30)
- nilai uang (500 Yen)
- kuantitas (jumlah)
c. Dipakai untuk melambangkan
nomor (jalan, rumah, apartemen, kamar pada alamat, dll.)
Jalan Kedung Baruk 98 Surabaya
d. Digunakan untuk menomori
bagian karangan dan ayat dalam kitab suci, Undang-Undang, peraturan, dll.
Bab X, Pasal 5, halaman 300
~ Penulisan
Unsur Serapan
~ Unsur serapan diambil dari
bahasa daerah dan bahasa asing
~ Berdasar integritasnya, unsur
serapan dibagi menjadi:
a. Belum sepenuhnya terserap
kedalam bahasa Indonesia, pengucapannya masih mengikuti cara asing.
Misal: reshuffle
shuttle cock
b. Pengucapan dan penulisannya
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia
Misal:
haemoglobin menjadi
hemoglobin
authentic menjadi autentik
colonel menjadi kolonel
central menjadi sentral
technique menjadi teknik
~ Pemakaian
Tanda Baca
1. Tanda titik (.)
2. Tanda koma (,)
3. Tanda titik koma (;)
4. Tanda titik dua (:)
5. Tanda hubung (-)
6. Tanda pisah ()à panjangnya dua kali anda hubung
7. Tanda elipis (…)
8. Tanda tanya (?)
9. Tanda seru (!)
10. Tanda kurung ((…))
11. Tanda kurung siku ((…))
12. Tanda petik (“…”)
13. Tanda petik tunggal ((‘…’))
14. Tanda garis miring (/)
15. Tanda penyingkat atau
apostrop (‘)
PILIHAN KATA/DIKSI
DIKSI
~ Penggunaan kata dalam berbagai kesempatan
harus memperhitungkan ketepatan dan kesesuaiannya.
~ Tepat --> makna, logika,
maksud
~ Sesuai --> konteks social
~Fungsi Diksi
a.Melambangkan gagasan yang
diekspresikan secara verbal.
b.Membentuk gaya ekspresi yang
tepat sehingga dapat diterima dengan tepat oleh pembaca.
~ komunikasi
berjalan baik
~ Suasana tepat
~ Mencegah
perbedaan tafsiran
~ Syarat ketepatan pemilihan kata
~Syarat
ketepatan pemilihan kata :
~makna Denotatif
& Konotatif
~Kata Umum &
Khusus
~Kata Konkret
dan Abstrak
~Pemakaian kata
penghubung berpasangan
~ Makna Denotatif & Konotatif
~ Makna Denotatif :
Kata yang rujukannya tunggal atau
makna kata yang sebenarnya, makna yang tidak
memberikan peluang pada pembaca untuk
memberikan makna tambahan.
Contoh:
Wajahnya cantikàmenunjukkan paras/rupa
Adik menggambar segitigaàmenunjukkan
bentuk segitiga
~ Makna Konotatif:
Makna yang mengandung
asosiasi-asosiasi tambahan, makna yang tidak sebenarnya
Contoh :
- Gol yang cantikàbola yang menggelinding
dan sangat susah untuk ditebak
oleh kiper
- Wajah berbentuk segitigaàtidak runcing di ujung sisi-sisinya.
Hanya jika ditarik garis lurus
akan terlihat seperti bentuk segitiga
Kata Umum & Khusus
~ Kata umum/subordinat : acuannya
lebih luas
Contoh : Ikan àbermacam-macam jenis ikan
~ Kata khusus/hiponim : acuannya
lebih khusus
Contoh : lele, tunaànama jenis ikan
~Semakin luas ruang lingkup suatu
kata, maka makin umum sifatnya. Makin umum suatu kata, makin terbuka
kemungkinan salah dalam pemaknaannya.
~Mis: berjalan pelan, lebih umum
dibanding berjalan perlahan-lahan
~ Kata Konkret & Abstrak
~Kata konkret : kata yang mudah
diserap pancaindra
Contoh: meja, rumah, air, cantik,
hangat, wangi, suara
~Kata Abstrak: Tidak mudah
diserap pancaindra
Contoh: keinginan, angan-angan, perdamaian,
kebahagiaan
~ Kata Penghubung Berpasangan
~
Jarak
antara Surabaya dengan Sidoarjo hanya 27 km.
~
Ia tidak
memerlukan hadiah uang, melainkan barang
~
Baik
anak
ataupun cucu semua datang di pesta itu.
~
Bukan
aku
yang tidak mau, tetapi dia yang tidak suka
~
antara
….
dan …
~
tidak
…,
tetapi …
~
baik
….maupun
…..
~
bukan
…,
melainkan …..
Pertemuan 3
Unsur Kalimat
Unsur kalimat adalah unsur sintaksis (jabatan kata/peran kata) yang terdiri dari:
- Subjek (S)
- Predikat (P)
- Objek (O)
- Pelengkap (Pel)
- Keterangan (Ket)
Pertemuan 3
Unsur Kalimat
Unsur kalimat adalah unsur sintaksis (jabatan kata/peran kata) yang terdiri dari:
- Subjek (S)
- Predikat (P)
- Objek (O)
- Pelengkap (Pel)
- Keterangan (Ket)
Kenapa kalimat (SPOPK) menjadi kajian
dalam penulisan ilmiah?
• Melalui kalimatlah karya ilmiah
atau gagasan ilmiah akan ditulis atau diinformasikan.
• Kalimat terdiri dari: huruf,
kata, frasa (kelompok kata), tanda baca --> kadang
tidak bermakna.
– contoh --> adakah maknanya?
• Kata dan frasa tidak mempunyai
struktur dan tidak dapat mengungkapkan maksud dengan jelas, kecuali sebagai
kalimat minor --> –
contoh àtidak, tidak mau
SUBJEK
• Bagian kalimat yang menunjukkan
pelaku, sosok (benda), semua hal, atau masalah yang menjadi pangkal/pokok
pembicaraan.
• Subjek biasanya berisi:
– Kata/frasa benda -->
• Meja direktur besar.
• Ayahku sedang membuat
program.
– Klaus -->
• Yang berkumis tipis adalah
kekasihku.
– Frasa verbal -->
• Membangun sistem informasi akuntansi sangat
mahal
KESIMPULAN àSubjek
• Subjek biasanya berisi
Kata/frasa, klausa, frasa verbal.
• Dapat pula dikenali dengan cara
memakai kata tanya siapa (yang), apa (yang) kepada PREDIKAT.
• Jika jawaban tidak logis maka
tidak ada Subyek
– Contoh:
• Di sini melayani resep obat
generik.
• Bagi siswa sekolah dilarang
masuk.
PREDIKAT
• Predikat menyatakan :
– keadaan yang dilakukan oleh S
– Sifat, situasi, status, ciri
atau jati diri S
– Jumlah sesuatu yang dimiliki S
• Bagian kalimat menghubungkan
antar S dengan O dan K
• Dapat berupa kata/frasa
berkelas verba, adjektifa, numeralia (kt. Bilangan), dan nomina (benda)
OBJEK
• Bagian kalimat yang melengkapi P.
• Objek pada umumnya diisi oleh
nomina, frasa nominal, atau klausa.
– Nomina = buku
– Frasa Nomina = buku sejarah
– Klausa = buku sejarah
pertempuran bangsa Melayu
• Letak O selalu di
belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang memerlukan O
– Contoh:
– Harmanto membuat …
– Sistem analisis merancang …
Membuat, merancang --> verba transitif -->P yang memerlukan O
• JikaP diisi oleh verba INTRANSITIF
maka O tidak diperlukan.
• Sehingga kehadiran O dalam
kalimat dikatakan TIDAK WAJIB HADIR.
Contoh:
– Nenek mandi.
– Ayah tidur.
– Tamunya pulang.
mandi, tidur, pulang --> tidak perlu O
• Obyek dapat menjadi Subyek
bila dipasifkan
– Harmanto menulis buku ini
– Buku ini ditulis oleh
Harmanto
KESIMPULAN
PELENGKAP
• Pelengkap atau komplemen adalah
bagian kalimat yang melengkapi P.
• Letak Pelengkap umumnya di
belakang P yang berupa verba.
• Seringkali kita dibuat bingung
antara Pelengkap dan O.
• Pelengkap tidak dapat menjadi
Subyek bila dipasifkan.
• Jika kalimat ada O maka
biasanya Pel terletak setelah (di belakang) O.
• Pelengkap dapat pula diisi oleh
frasa adjektiva dan frasa preposisional
– Frasa adjektiva = benar sekali,
sudah tidak layak
– Frasa preposisional = di, ke,
dari sampai, selama, sepanjang
KETERANGAN (Ket)
• Bagian kalimat yang menerangkan
berbagai hal tentang bagian kalimat yang lainnya.
• Unsur Ket dapat berfungsi untuk
menerangkan S, P, O, dan Pel.
• Dimanakah posisi keterangan
itu?
Bisa di awal, tengah, dan akhir
kalimat.
PERTEMUAN 4
KALIMAT EFEKTIF 1
(kesepadanan, keparalelan, ketegasan)
DEFINISI dan CIRI KALIMAT EFEKTIF
• Kalimat efektif ialah kalimat yang
benar, jelas, dan
mempunyai makna yang mudah
dipahami oleh
pembaca secara tepat.
• Ciri-ciri kalimat efektif:
(1) kesepadanan/kepadanan
struktur (kesatuan/koherensi),
(2) keparalelan/kesejajaran
bentuk,
(3) ketegasan/penekanan kata,
(4) kehematan kata,
(5) kepaduan gagasan,
(6) kelogisan bahasa,
(7) Kevariasian
1. KESEPADANAN
STRUKTUR BAHASA
• Kesepadanan ialah keseimbangan
antara gagasan dan struktur bahasa yang digunakan.
• Kesepadanan kalimat dibangun
melalui kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
• Kesatuan menunjuk bahwa dalam
satu kalimat hendaknya hanya ada satu ide pokok.
• Satu ide pokok tidak diartikan
sebagai ide tunggal, tetapi ide yang dapat dikembangkan ke dalam beberapa ide
penjelas.
BEBERAPA CIRI KESEPADANAN
• Mempunyai struktur jelas.
• Kejelasan subjek dan predikat
dapat dilakukan dengan tidak menggunakan kata depan: di, dalam, bagi, untuk, pada,
sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya yang ditempatkan di depan
subjek.
• Tidak terdapat subjek ganda.
• Predikat kalimat tidak
didahului oleh kata yang.
2. KEPARALELAN
ATAU KESEJAJARAN BENTUK
• Keparalelan atau kesejajaran
bentuk adalah terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya, sama pola atau
susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat.
• Bila bentuk pertama menggunakan
nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga harus menggunakan nomina.
• Demikian pula bila menggunakan
bentuk-bentuk lain.
3. KETEGASAN ATAU PENEKANAN KATA
• Merupakan perlakuan khusus pada
kata tertentu dalam kalimat sehingga berpengaruh terhadap makna kalimat secara keseluruhan.
• Ada beberapa cara penekanan
dalam kalimat:
1. Meletakkan kata yang
ditonjolkan itu pada awal kalimat
2. Melakukan pengulangan (repetisi)
3. Melakukan pengontrasan kata
kunci
4. Menggunakan partikel penegas
~ Penekanan Kata :
1. Menempatkan kata yang
ditonjolkan di awal kalimat.
~ Sumitro menjelaskan bahwa
manusia mempunyai kecenderungan tidak puas.
~ Persoalan itu dapat
diselesaikan dengan mudah.
2. Repetisi
– Saudara-saudara, kita tidak
suka dibohongi, kita tidak suka ditipu, kita tidak suka dibodohi
– Pembangunan dilihat sebagai
proses yang rumit dan mempunyai banyak dimensi, tidak hanya berdimensi ekonomi
tapi juga dimensi politik, dimensi sosial, dan dimensi budaya
3. Pengontrasan kata kunci
– Informasi ini tidak bersifat sementara,
tetapi bersifat tetap.
– Peserta kegiatan ini adalah laki-laki,
bukan perempuan.
4. Partikel Penegas
– Andalah yang bertanggung
jawab menyelesaikan masalah itu
– Meskipun hujan turun, Ia
tetap bersemangat berangkat ke sekolah.
PERTEMUAN 5
KALIMAT EFEKTIF 2
~
KEHEMATAN
KATA
~
KEPADUAN
GAGASAN
~ KELOGISAN
MAKNA
4. KEHEMATAN KATA
~
Kehematan
adalah
upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu.kata menjadi padat berisi.
~
Dapat
dilakukan dengan cara:
~
Menghilangkan
pengulangan subyek
~
Menghindarkan
pemakaian superordinat pada hiponimi kata
~
Menghindarkan
kesinoniman dalam satu kalimat
~
Kehematan
dengan tidak menjamakkan kata yang sudah jamak
Kehematan dengan tidak
menjamakkan kata yang sudah jamak
~
Para
tamu-tamu telah hadir.
~
Ia
mengambil semua jeruk-jeruk yang masih ada di meja.
Mestinya…
• Para tamu telah hadir/Tamu-tamu
telah hadir.
• - Ia mengambil semua jeruk yang
masih ada di meja.
• - Ia mengambil jeruk-jeruk yang
masih ada di meja.
5. KESATUAN GAGASAN
~
Kesatuan
gagasan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat.
~
Contoh:
~
Berdasarkan
agenda sekretaris manajer personalia akan memberi pengarahan kepada pegawai
baru.
6. KELOGISAN
~ Kelogisan adalah terdapatnya
arti kalimat yang logis/masuk akal dan penulisannya sesuai EYD.
~ Contoh:
~ Karena lama tinggal di asrama
putra, anaknya semua laki-laki
~ Kepada ibu Intha, waktu dan
tempat kami persilakan.
~ Jalur ini terhambat oleh
iring-iringan jenazah.
Pertemuan 6
KEVARIASIAN
Variasi Kalimat
~
Dapat
dilakukan dengan cara-cara:
1. Kalimat aktif Kalimat pasif
2. Stilistika
3. Elips atau Pelesapan
4. Penggabungan
5. Permutasian
6. Sinonim
7. Ekuatif
8. Meletakkan kata modal
9. Menggunakan Frasa
Kalimat aktif Kalimat pasif
~
Pengubahan
dengan cara:
~
Obyek
kalimat aktif menjadi subyek pada kalimat pasif dan subyek pada kalimat aktif
menjadi pelengkap pada kalimat pasif. Predikat diisi oleh verba berawalan (me
N-)
~
Pelengkap
pada kalimat pasif menjadi subyek pada kalimat aktif, dan subyek menjadi Obyek.
Predikat diisi oleh verba berawalan (di-)
Stilistika
~
Stilistika
yaitu Predikat dan Obyek pada kalimat aktif
menjadi Subyek pada
kalimat pasif.
Elips/Pelesapan
~
Pelesapan
dilakukan pada bagian tertentu dalam suatu kalimat atau bagian itu diganti
dengan
bentuk yang lebih pendek tanpa
mengubah makna kalimat
Contoh :
~
Kamu
uruslah lahan itu dengan baik!
~
Uruslah
lahan itu dengan baik
~
Pengamatan
terhadap teroris dilakukan selama dua bulan
~
Kegiatan
itu dilakukan selama dua bulan
Penggabungan
~
Ide
yang berkaitan erat dapat dinyatakan dalam kalimat majemuk.
Contoh:
~
Penyeleksian
data dilakukan pada bulan pertama.
~
Pengolahan
data dilakukan pada bulan berikutnya.
~
Penyeleksian
dan pengolahan data dilakukan berturut-turut pada bulan pertama dan berikutnya.
Permutasian
~
Permutasian
yaitu mengedepankan fungsi-fungsi sintaktis tertentu tanpa mengubah makna
kalimat.
~
Fungsi
sintaktis adalah unsur-unsur dalam kalimat yang menempati fungsi SPOPelK
~
Semakin
banyak unsur faktorial pada suatu kalimat (mis. dalam kalimat majemuk), makin
banyak jumlah variasi kalimat
Contoh :
~
Iwan
sedang bermain bola di sawah sedangkan Nani membantu ibu di dapur.
à Menjadi
:
1. Iwan di sawah sedang bermain
bola sedangkan Nani di dapur membantu ibu.
2. Di sawah, Iwan sedang bermain
bola sedangkan Nani membantu ibu di dapur.
3. dst
Sinonim
~
Sinonim
yaitu mengganti kata atau istilah tertentu dengan kata atau istilah lain yang
mempunyai makna sama.
Contoh:
~
Hasil
penelitian itu belum dapat dirasakan faedahnya oleh masyarakat.
~
Hasil
penelitian itu belum dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Ekuatif
~
Variasi
Ekuatif dilakukan dengan cara mengubah status Predikat dan Obyek menjadi Subyek
dengan menambah kata adalah.
Contoh :
~
Kondisi
perekonomian sekarang menyebabkan banyak karyawan yang di-PHK.
~
Penyebab
banyaknya karyawan yang di-PHK adalah kondisi perekonomian sekarang
Meletakkan kata modal
~
Kata
modal untuk menyatakan kepastian: pasti, pernah, tentu, dst
Contoh:
~
Pernah
ia mengatakan pada saya tentang hal itu.
~
Pasti
Adi mau menolong Ibu tua itu.
~
Kata
modal untuk menyatakan keragu-raguan: barangkali, kira-kira, tampaknya,
rasanya, mungkin, dst
Contoh:
~
Sebenarnya
Adi bukan anak yang bodoh.
~
Tampaknya
hujan akan segera turun.
Menggunakan Frasa
~
Menurut
para ahli bedah, sulit untuk menentukan diagnosa jika keluhan hanya berupa
sakit perut.
~
Anak-anak
yang kurang mendapat perhatian cenderung melakukan perbuatan yang tidak
diinginkan.